bualannya membuai fabula pesimis hidupku
sentuhanya penuh, berpeluh, licin dan basah
hisapanya kalap, sambil merancap, dalam gelap
lekuk menusuk, mengeruk masuk tidak alfa
kasar berukir hitam, warna, estetis, erotis
kasar tiap helai, bertaut hanyut, maut
dia Dharmaraja.
aku kahlua.
hidup bersamanya bagai harmonisasi warna temaram dalam gordin merah dan ungu
waktu berkelebat berdiri dan lari, tidak menyisakan hari
dia berjalan sekali dan merpati bermelodi
diam dalam enigma mantra paling dewasa yang pernah ada
dharmaraja bersaut hening pada lengkingan milikku, nafsu
biar dia memiliki semua label terbaik dan tersuci
menjadi dewa paling sakral negasi banal
mewah direduksi tanpa peduli ini hati
biar aku menjadi kahlua
disimpan dingin, tidak keras, manis namun memabukan halus
bulus, menipu picik, dan licik
terakhir culas, naif memelas pada dewa penabur panas
dharmaraja meninggalkan aku
kahlua yang beku keras butuh inkubasi gabungan hasrat berisi bualan, sentuhan, hisapan, lekukan, kasar dan kuat milik sang dewa
dharmaraja pergi, mencari kasih yang berbudi
tidak suka pesta seperti kahlua
Monday, June 15, 2009
Subscribe to:
Posts (Atom)