Sunday, October 24, 2010
infotainment infotemen
Friday, August 6, 2010
UNDER CHEMICAL INFLUENCE
aku hanya memandang lelah lelaki lemah yang sekujur tanganya mengucur darah segar dan menancap serpihan kaca seperti ditanamkan kedalam kulit.
lelaki itu bernapas tidak beraturan dan memandang emosi pada meja dan lemari yang berserakan.
pada awalnya ia mendengus dan menggeram tidak terarah macam binatang lapar, buas dan marah.
lupa dimana, siapa dan kenapa.
dia mengamuk dan berteriak bikin pekak membanting segala porselen dan memukul kaca sampai remuk.
dia mengatai seluruh makhluk hidup besar kepala dan lupa daratan, bersalah dan tidak pantas dimaafkan, semua penyebab kebingungan dan kehancuran, benar-benar laki-laki pintar bagi-bagi kesalahan.
serentak semua menuding dan membantah, berargumen menenangkan, mencibir menyesatkan, merangkul menentramkan, meludah menjijikan.
satu datang dengan kasih sayang, digenggam bagai teman.
yang lain datang memukul dengan wajan, diinjak seperti lawan.
semua antitesis dimuntahkan seperti najis.
dia cuma punya kebenaran absolut miliknya, yang maha esa.
hatinya keras, kepalanya lepas. dia kehilangan keamanan.
lama-kelamaan dia lelah, gundah, seperti tersesat dan gelisah.
matanya nanar dan tidak menyalak tapi redup kehabisan suar, dia bukan lagi binatang liar.
dia sadar, dia bikin onar, bodoh dan barbar.
dia berjongkok dalam keramaian, dimana cahaya tidak bersinar, berharap sembunyi dalam kegelapan.
seperti serigala yang kesepian.
seonggok batu yang dilupakan.
mengapa ia bertindak kelewatan, tidak pakai perasaan apalagi pemikiran, jangan berkilah karena anti depressan, jangan beratasnamakan banyak tekanan, dasar cowok rendahan.
kini kata, laku dan pikiran bukan miliknya. dia telah diambil alih. dibaptis. nanar karena semua dikendalikan obat-obatan. obat murahan.
dalam ketidakmampuannya dia memaki, mencaci, hanya dia yang suci.
yang lain tak sejengkal pun dapat berbagi atau diberi kesempatan kompromi, sepertinya dia pemegang supremasi.
jahat sekali.
sayang sekali.
aku kasihan sekali.
dahulu sekali dia tidak antipati akan diferensiasi, sekarang pemikiranya mati, hanya karena boti.
Tuesday, June 29, 2010
AFFAIR AS DISEASE (kalibrasi hati part.2)
saya dikelilingi dengan pasangan-pasangan sempurna, physically, even rich and honoured but not mentally. penyakit ini menjangkiti dari saudara berumur belasan tahun hingga tetua berumur puluhan tahun. mereka tidak mengindahkan kesetiaan. toh setia hanya berarti seneng t*t*t aja atau setiap tikungan ada. hahaha maaf kalo terlalu sarkastik, tapi bahkan jokes strikes fair and square, saya percaya itulah yang mereka yakini.
berbagai jenis hubungan dua individu baik homogen maupun heterogen yang didalamnya terkandung intimasi rasa dan nafsu selalu riskan akan yang namanya penduaan, hati dan raga. mulut dan jiwa. pikiran dan rasa. nafsu dan cara. semua berjumlah jamak, tidak mampu esa. mereka punya banyak dalih, pemikirannya tumpang tindih. sesekali mereka berkata, mereka tahu mereka sampah, tapi ragu cara berimplementasi teori dan harga diri, tabu karena mengikuti hati.
beberapa contoh kasus dari sahabat terdekat, yang benar-benar bersedia menjadi analogi meski berat. mereka berkisah tentang teman yang menghangatkan, dan kekasih yang selalu memperlakukan seperti tahanan, teman yang berlagak perhatian dengan kasih sayang dan pelukan, dan kekasih yang harus memiliki rutinitas yang berlainan. semua bagaikan celah. kesempatan.
kesempatan yang seakan mereka tidak buat dan sederhanakan terjadi namun dibiarkan.
teman-teman itu kemudian mengisi posisi yang strategis di hati. langsung menjadi pengganti.
beberapa pesakitan lain berkilah menemukan yang tidak pernah mereka dapatkan dari pasangan. keceriaan, keria-an, senang-senang, kebebasan, keliaran, terkadang indahnya rasa kucing-kucingan, apalagi cinta yang ditawarkan memabukan. mereka beranggapan hal itu lebih menjanjikan, kesemuan dibanding komitmen dan hubungan yang lamanya sudah tahunan. meributkan masalah kenyamanan dan melupakan masa depan, hanya demi orgasme yang sifatnya hanya kedipan. toh film-film juga menggambarkan enaknya berganti perempuan, merasai penari telanjang semalam sebelum pernikahan, bercerita enaknya jadi don juan.
semua ditasbihkan dan legal juga dimaklumkan.
lucunya, yang kali ini lucu, sangat menggelikan.
selingkuh adalah penyakit turunan.
saudara terdekat saya dengan biasa bercerita tentang rumah yang ia selalu pulang dan disambut oleh orangtua yang jauh dari harmonis. bermulut manis sebenarnya miris. orang tua yang mereka junjung dan mereka tiru habis-habisan adalah peselingkuh. bertahun-tahun sibuk dengan simpanan diujung telepon. terang-terangan dan tidak malu ketahuan bahwa kepribadian mereka sama bobroknya dengan konsultan yang diam-diam juga pesakitan, panutan yang luar biasa memalukan.
kali ini saya tidak tahu harus menghakimi atau kasihan, seakan rumah tidak lagi bisa mengajarkan tapi membantu menyesatkan.
apa saya terlalu melebih-lebihkan, toh saya tidak suci seperti tuhan.
disinilah nilai-nilai yang tidak ditanamkan sembarangan di akademis, tentang kebesaran hati dan perasaan yang tidak rapuh diiming-iming rumput tetangga yang lebih necis. mereka alfa memahami bahkan pemikiran tumbuh beriring dengan tubuh yang akan menua. mengeras dan nantinya berkeriput. semakin lama akan membatu dan tidak mampu disublim oleh segala khotbah atau ayat tersuci sekalipun, karena menjadi absolut, satu-satunya keyakinan bahwa selingkuh itu bukan kesalahan.
gegap gempitanya melegakan, jalan pintas yang murah meski menyakitkan.
tapi sangat sangat sangat sangat sangat menyenangkan selama tidak ketahuan. kepercayaan bahwa mereka akan sembuh SUATU HARI, sadar dan berbenah diri, hanya sekedar kisi-kisi yang nantinya lupa direalisasi, keburu sudah jadi identitas diri. sayang sekali.
selingkuh sudah menjadi budaya yang menular layaknya hati yang dengan mudah terjangkiti, tidak ada mantri yang mampu mencari antidote dan mengeruk akar-akar yang mati. kemudian lupa mana lagi yang sehat dan tidak, yang wajar dan barbar. semuanya berakibatkan kesalahan mental mentranslasi mana yang salah dan benar. tapi pada akhirnya baik laki-laki atau perempuan, ini bukan menyoal persamaan, semua dapat ditulari penyangkit menggiurkan bernama perselingkuhan. semua sejajar dan berkompeten menjadi pesakitan atau yang lebih parah yang dipermainkan. karena selingkuh bentuknya inspiratif dan mudah diaplikasikan ke hidup siapapun. so watch your lover.
Friday, June 25, 2010
KONFLIK ALAT PERAS
sponge : lo mau cari kualitas apa kredibilitas
kanebo : paketan dong, buat kecantikan kok setengah-setengah
sponge : satu setengah lah kalo mau berasa
kanebo : ah dari satu gogol aja cuma ada satu
....
direndam, diperas, direndam, dijemur
...
sponge : kita bukan buat nampung nyerap dan dimuncratin kan
kanebo : bilang sama billboard
sponge : jaman sekarang masi skeptis lo, ditelen aja ntar pasti ada yang pas
kanebo : gua bukan tester, biar elo aja nanti gua liatin
sponge : ngepet
...
sponge diremas, diinjak, ditekan, sedikit dikunyah, dijemur, lepek
...
sponge : aih gua capek, mereka maunya cuma make ga bisa ngerawat
kanebo : hahaha yea right (buang muka)
sponge : bukan berarti semuanya salah kan, kita juga ga sempurna, badan gua cowek gara-gara dikunyah semalem
kanebo : ...
sponge : semua fase udah gua lewatin, selingkuhan, tuan rumah, germo, anti komitmen, pro feminis, istri pertama, tante girang. semuanya serasa percuma, sia-sia, siapa gua.
kanebo: ...
sponge : ada yang bisa jelasin, arahin, lindungin, gua korban eksploitasi, gua korban laki-laki.
kanebo: hei
even you in the first place always have a choice, kalo mau menyalahkan dan tidak mau disalahkan, mending lain kali hati-hati dengan pembicaraan, jalan pikiran, atau mengambil pilihan, tidak susah kok berjalan di sisi yang aman, tidak usah belagak jadi perempuan yang ugal-ugalan, tidak perhitungan, semua urusan belakangan, tapi sekarang sibuk salah-salahan.
sponge : ...
kanebo : you are the victim of your magniloquence dear
satu diantara satu gogol
perasaan ini seperti kanebo yang lembab, kembang dan kempis kekurangan oksigen
halo yang disana aku melihatmu bercerita, aku melihat matanya penuh cinta
halo yang disana rasanya mau ikut tertawa, boleh gabung jadi bertiga
maaf saya normal tidak gila, hanya sedikit iritasi jiwa
halo yang disana, aku melihatmu tertawa, aku melihatmu membelainya
menciumnya, menyetubuhinya, menghidupinya.
sedangkan aku cuma kanebo kering.
Tuesday, April 27, 2010
REPARASI HATI
Tuesday, February 2, 2010
Kalibrasi hati
saya melewati dialog-dialog prinsipil yang menentramkan tentang sebuah hubungan maupun debat-debat ideologis yang meragukan tentang mulut dan hati yang bercabang akan nilai-nilai, meruntuhkan semua sarang akal bawaan yang sombong berdiri menantang oposisi. dari kesemuanya saya menyaksikan,
bagaimana hancurnya kawan akan kesetiaan pada pasangan yang gentar akan anti depressan dan kejantanan laki-laki.
bagaimana lemahnya teman menghadapi dorongan peselingkuhan yang menggiurkan.
bagaimana syarat dan logika dibumiratakan oleh nafsu dan erangan tantangan yang dihasilkan oleh kewas-wasan dalam persembunyian.
bagaimana nikmatnya diselubungi kebebasan menjadi simpanan yang berjatah semalam atau dua malam.
bagaimana bodohnya dijauhi pengesahan hanya memiliki sekedar kata sayang.
bagaimana nikmatnya membagi pesan singkat macam perasaan berbentuk butiran pil yang bisa diporsikan beraneka ragam.
bagaimana indahnya merajuk dan mendapat belaian untuk kemudian dini harinya bebas merasakan luapan memuaskan dan kemudian membagi keduanya dalam kompartemen yang jauh berlainan.
betapa mudahnya ia mengayun dari satu dahan ke lengan berotot yang mengerling di kejauhan,
betapa fasihnya ia menukar sakelar tegangan arus balik dari satu kutub menjadi kutub lainya,
betapa tak berpretensinya mereka melabelkan cinta dan sayang dalam tiap bahasan dan status sosial dalam jaringan sekedar buaian.
betapa manisnya ucapan dan pujian dan ungkapan hati yang katanya terdalam.
betapa naifnya mereka mengatasnamakan syahwat dibungkus bualan masa depan yang katanya menjanjikan.
saya belum lupa masih banyak ihwal hubungan yang luput tersebut. sejumput anomali hati nilainya tidak mampu di kalibrasi oleh apapun. menuliskannya semacam komparasi hati agar tidak malu dan mengakui. yang ada saya terlalu lama bergaul dalam tumpukan manisnya keliaran dan bergumul dalam lautan indahnya kebebasan, saya takut lupa rasanya menghina, saya takut hanyut dalam arus dan tidak merasa harus bernafas di permukaan besarnya dialog prinsipil dan sombongnya debat ideologis yang semakin menggema kecil di kejauhan. jangan dicoba pasti enak rasanya, hahaha