Thursday, December 4, 2008

romantisme hewan rambat

ahhhhhhhh badan ini kenapa terus memompa-mompa seperti disengat tegangan belut listrik. ini dimana. aduh lantainya seperti papan selancar, rumah ini berombak seperti pantai selasar. siapa yang memasang musik menyentak-nyentak rumah siputku, keras tapi kurang keras. ayodong pecahkan gendang telingaku.
ahhhhhhh miliaran hewan rambat menelusuri tempurung kelapaku, tentakel-tentakel manusia meremas-remas otakku. aduh tolong jangan dikepala, siapa sih ini. aku berbalik sambil terus terpeleset botol-botol tak berair dilantai. oooh ternyata zombie bermuka wajik. sepertinya dia temanku karena dia menari dan merambatiku dengan tentakel-tentakel halus disekujur leherku. teman.... ini sudah titik balik, aku sudah melayang di permukaan, jangan buat aku terbang terlalu tinggi bisa-bisa kesasar dan cabut dari alam ini.

badanku menegang dan mengendor seperti respirator di ruang emergency. mengeluarkan semburan nafas pendek kiriman paru-paru yang menciut karena diranahi nikotin-nikotin menthol. aku merebahkan tubuh ke salah satu sofa dekat speaker. paru-paru dan otak berpacu saling mendahului meminta jatah untuk menikmati. lagi-lagi sesosok zombie mengangkangi aku dan meremas dan mengurut kening hingga leherku. ahhhhhhhh... jangan lagi sudah, sudah. aku menengadahkan kedua tanganku. dia menyautnya dan meremas kedua tanganku. aduhh.. hewan-hewan melata itu berlarian di otot dan sel darahku memilin dan memelintir semua organ sadarku membuatnya lemas dan meregang. ahhhh....

mana orang-orang yang menyeretku dari tumpukan tenggat pekerjaan dan meracuniku dengan kimia-kimia menyenangkan. aku menyenderkan lamat tubuhku dan berusaha mengfungsikan optik-optik dan sel-sel mata.

rumah itu sudah dijangkiti zombie-zombie pemabuk. pelarian dari fenomena yang harus dihadapi keesokanya. ditiap-tiap sudutnya ada saja yang sedang memelintirkan tubuhnya atau menabrak-nabrakan kepalanya keudara. mana keenan dan biel. ini seharusnya anniversary mereka.

aku berdiri dari tarian dudukku dan berjalan melewati rombongan pocong yang berjungkat-jungkit. hahaha efeknya di
cerebral cortex temanku rupanya lebih dahsyat sampai dia bergerak menggelikan. keramik-keramik dibawahku basah dan aku tersungkur dan lutuku berdebam. sekelebatan sulur-sulur membantuku berdiri dan berdesis

"jangan hilang kontrol"

aku tertawa dan memberi lambaian manis pada si muka persegi. rupanya aku baru menyadari, berjalan dengan tulang lunak membutuhkan pemusatan energi besar-besaran disana sini. aku mencari-cari si empunya acara dan bertemu dengan lelembut yang sedang saling mengurut di depan wastafel. aku melewatinya dan menuju ke lorong dengan pintu-pintu dikanan kirinya. terlihat pintu bertuliskan
hot room diujung lorong, aku berjalan dan menabrakan diri ke pintu tersebut dan terlihat dua hewan rambat raksasa yang keluar masuk masing-masing bagian tubuh terjauh mereka. dirasuki kejangan-kejangan butha cakil dan auman parikesit. dan aku bergabung dengan mereka.


5 comments:

Anonymous said...

hewan rambat raksasa,lbh ke fatamorgana

Anonymous said...

hewan rambat raksasa Akan segera hadir dengan sebuah inovasi butir butir penghancur tulang dan pemicu adrenalin....... HATI HATI

Anonymous said...

suka dgn permainan kata disitu..menggelitik spectrum otak gw utk larut masuk ke dalam atmosfir itu

Anonymous said...

gejolak kawla muda. Berusaha membuat cerita hidup yang lebih dari siapapun. Cih. Anak muda. Engga mau kalah. Ya, Iya. Cerita elo paling heboh. Anak muda. Niat hilang kontrol. Awas lepas selamanya.

will said...

too fucking long... nobody read something this long from someone not famous or whatsoever!