Tuesday, June 29, 2010

AFFAIR AS DISEASE (kalibrasi hati part.2)

AFFAIR AS DISEASE friends with benefit, komitmen, hubungan, pacaran, pernikahan, perselingkuhan, adalah terminologi tanpa parameter dan kompromi yang jelas dan bentuknya beragam pada setiap individu. akan sangat timpang bila saya ber-orasi dengan ukuran yang tidak jelas disini, tapi saya akan coba berbagi pengalaman dan pemikiran. saya bukan penyandang penyakit selingkuh, saya kontra selingkuh, tapi apakah antibodi saya benar-benar mampu menangkal penularan penyakit itu.

saya dikelilingi dengan pasangan-pasangan sempurna, physically, even rich and honoured but not mentally. penyakit ini menjangkiti dari saudara berumur belasan tahun hingga tetua berumur puluhan tahun. mereka tidak mengindahkan kesetiaan. toh setia hanya berarti seneng t*t*t aja atau setiap tikungan ada. hahaha maaf kalo terlalu sarkastik, tapi bahkan jokes strikes fair and square, saya percaya itulah yang mereka yakini.

berbagai jenis hubungan dua individu baik homogen maupun heterogen yang didalamnya terkandung intimasi rasa dan nafsu selalu riskan akan yang namanya
penduaan,
hati dan raga. mulut dan jiwa. pikiran dan rasa. nafsu dan cara. semua berjumlah jamak, tidak mampu esa. mereka punya banyak dalih, pemikirannya tumpang tindih. sesekali mereka berkata, mereka tahu mereka sampah, tapi ragu cara berimplementasi teori dan harga diri, tabu karena mengikuti hati.

beberapa contoh kasus dari sahabat terdekat, yang benar-benar bersedia menjadi analogi meski berat. mereka berkisah tentang teman yang menghangatkan, dan kekasih yang selalu memperlakukan seperti tahanan, teman yang berlagak perhatian dengan kasih sayang dan pelukan, dan kekasih yang harus memiliki rutinitas yang berlainan. semua bagaikan celah. kesempatan.
kesempatan yang seakan mereka tidak buat dan sederhanakan terjadi namun dibiarkan.
teman-teman itu kemudian mengisi posisi yang strategis di hati. langsung menjadi pengganti.

beberapa pesakitan lain berkilah menemukan yang tidak pernah mereka dapatkan dari pasangan. keceriaan, keria-an, senang-senang, kebebasan, keliaran, terkadang indahnya rasa kucing-kucingan, apalagi cinta yang ditawarkan memabukan. mereka beranggapan hal itu lebih menjanjikan, kesemuan dibanding komitmen dan hubungan yang lamanya sudah tahunan. meributkan masalah kenyamanan dan melupakan masa depan, hanya demi orgasme yang sifatnya hanya kedipan. toh film-film juga menggambarkan enaknya berganti perempuan, merasai penari telanjang semalam sebelum pernikahan, bercerita enaknya jadi don juan. 

semua ditasbihkan dan legal juga dimaklumkan.

lucunya, yang kali ini lucu, sangat menggelikan.
selingkuh adalah penyakit turunan.
saudara terdekat saya dengan biasa bercerita tentang rumah yang ia selalu pulang dan disambut oleh orangtua yang jauh dari harmonis. bermulut manis sebenarnya miris. orang tua yang mereka junjung dan mereka tiru habis-habisan adalah peselingkuh. bertahun-tahun sibuk dengan simpanan diujung telepon. terang-terangan dan tidak malu ketahuan bahwa kepribadian mereka sama bobroknya dengan konsultan yang diam-diam juga pesakitan, panutan yang luar biasa memalukan.
kali ini saya tidak tahu harus menghakimi atau kasihan, seakan rumah tidak lagi bisa mengajarkan tapi membantu menyesatkan.


apa saya terlalu melebih-lebihkan, toh saya tidak suci seperti tuhan.
disinilah nilai-nilai yang tidak ditanamkan sembarangan di akademis, tentang kebesaran hati dan perasaan yang tidak rapuh diiming-iming rumput tetangga yang lebih necis. mereka alfa memahami bahkan pemikiran tumbuh beriring dengan tubuh yang akan menua. mengeras dan nantinya berkeriput.
semakin lama akan membatu dan tidak mampu disublim oleh segala khotbah atau ayat tersuci sekalipun, karena menjadi absolut, satu-satunya keyakinan bahwa selingkuh itu bukan kesalahan.

gegap gempitanya melegakan, jalan pintas yang murah meski menyakitkan.
tapi sangat sangat sangat sangat sangat menyenangkan selama tidak ketahuan. kepercayaan bahwa mereka akan sembuh SUATU HARI, sadar dan berbenah diri, hanya sekedar kisi-kisi yang nantinya lupa direalisasi, keburu sudah jadi identitas diri. sayang sekali.

selingkuh sudah menjadi budaya yang menular layaknya hati yang dengan mudah terjangkiti, tidak ada mantri yang mampu mencari antidote dan mengeruk akar-akar yang mati. kemudian lupa mana lagi yang sehat dan tidak, yang wajar dan barbar. semuanya berakibatkan kesalahan mental mentranslasi mana yang salah dan benar. tapi pada akhirnya baik laki-laki atau perempuan, ini bukan menyoal persamaan, semua dapat ditulari penyangkit menggiurkan bernama perselingkuhan. semua sejajar dan berkompeten menjadi pesakitan atau yang lebih parah yang dipermainkan. karena selingkuh bentuknya inspiratif dan mudah diaplikasikan ke hidup siapapun. so watch your lover.

No comments: