saya kira dulu saya sudah paling dewasa, bisa menalar hal-hal paling menjauhi awam dan mentranformasikannya menjadi anak muda. inovatif dan kreatif. ternyata naif.
sekarang semua berlomba-lomba mendekati karya dan cita-cita, saya berjalan ditempat tidak berpatok mata angin malah udara. saya merasa sia-sia. disia-siakan. dicampakan oleh karya yang belum saya petakan wujudnya. digedor oleh bata. dibangunkan oleh gempa. bagaimana bisa sebuah teori dan visi menjadi tanda mata abadi. sekedar ditumpuk dan dilokalisasi dalam kompartemen hati. bukanya bisa mati. saya merasa mengasah dengan salah. mendekati yang banal bukan pemikiran-pemikiran visual. belagak dinamis padahal statis. sudah cukup bahasa teoritis.
1 comment:
fyuhhh!
Post a Comment