Saturday, September 20, 2008

Elegi Keenan

Pintu itu menutup ketika Keenan masuk dan menghampiri mejaku. ia melirikku sekali dan duduk di sofa merah dekat televisi. ia menyilangkan kaki dan menyalakan rokok. ia memindai keadaan kantorku yang berantakan dan gelap. dia terlihat lelah dan depresi tapi tetap tak bicara.

aku berusaha mengajaknya bicara "kamu masih marah nan?"

dia bergeming dan terus mengisap rokok putihnya.

"kenapa kembali ke habit buruk mu lagi nan?"

keenan menghisap satu tarikan lagi, mengangkat batang rokoknya dan memandangnya. ia mendengus, "cih".

aku diam menatapnya dan mulai merasa iba, kenapa keenan tampak sangat terpukul dan tak menghiraukanku. "Sebenarnya kamu kenapa nan?"

keenan berdiri dan berjalan ke kulkas kecil diujung ruangan, membukannya dan mengeluarkan sebotol jack daniels. ia mengambil gelas kecil dan menuangkan jack daniels nya hingga gelas itu penuh. keenan menenggaknya habis dan membanting gelas itu diatas meja dan berteriak menghardik.
"brengsek!"
"brengsek lo Biel".
keenan menuangkan jack daniels memenuhi gelas itu lagi.

"stop bentak-bentak gw, dan kasi tau kenapa lo berantakan kayak gini?!".

keenan berdiri diam memandang jendela yang samar-samar menyisipkan cahaya siang hari.

"yang lo lakuin adalah mabuk, marah-marah, mabuk lagi"
"dan mana katanya lo udah berenti ngerokok, mana katanya lo udah mulai jadi ayah yang baik, mana?"

keenan mendengus dan tertawa masam. "cih". dia masih berdiri di dekat jendela.

"gw uda mau memulai hidup dengan orang ancur kayak lo, dan apa yang gw dapetin, masa depan? ini yang lo sebut masa depan hah?"

keenan menunduk dan menggaruk-garuk kepalanya kesal.

"lo adepin orang tua gw dan lo pertanggung jawabin masa depan yang lo beri ke gw sekarang, cepet keenan".

keenan menunduk dan mulai menangis.

"keenan! lo dengerin gw ga sih?!",
"keenan!,
keenan!,
liat muka gw!".
"heh liat muka gw"

keenan membasuh matanya dan berpaling kearahku. dia berjalan gontai dengan gelasnya dengan mukanya yang sangat terpukul. dia menyentuh wajahku, dia menyentuh wajahku dengan kedua tanganya. dia terisak.

"Kenapa yel?"
"Kenapa!". keenan terisak dengan keras.

keenan melepaskan tanganya dan mengambil gelasnya, ia beridiri dan membasuh mukanya. ia memandangku sayu dan berbalik berjalan menuju pintu. meninggalkanku. meninggalkan aku diatas laci didalam bingkai. bersama Tantra anakku yang kugendong dalam pelukanku.

1 comment:

Anonymous said...

Well, i think it's gonna be a good story for your movie