Sunday, September 21, 2008

Karma-phala

dion termenung sambil mengetuk-ngetuk bungkus rokok miliknya ke meja bundar di dapurnya. ia tampak kusut dan sedang memikirkan sesuatu. di meja terlihat pena dan kertas yang belum disentuhnya sejak senja tiba hingga hampir tengah malam. dion berdiri dan berjalan menuju lemari penyimpanan makananya, ia membukanya dan mengeluarkan sekaleng bir dan menarik tutupnya. ia berjalan kembali duduk dan menegak bir nya dan kembali termenung.

ia mengernyit berusaha mencerna jaringan-jaringan saraf yang berkelebat dalam benaknya, ia membalik-balik kelambu pikiran mencari-cari sesuatu. mukany berusaha keras menangkap sinyal-sinyal yang bermuncratan keluar menjadi udara. ia pusing sekali. ia tahu ada yang menggelegak di otaknya, dia tau ada tali simpul ide tersembunyi disana, tapi sepertinya ia bersembunyi dan berlari lebih dalam. terkadang kroco-kroco ide yang lolos menerobos liar namun dia lengah. saking keras ia mencari, otaknya kejang menuju kram dan ia menggosok-gosok kepalanya sambil mengerang. "arghhhhh.... brengsek".

pelarian selain alkohol tentu saja nikotin. setelah membakar rokoknya hisapan pertama langsung memberi efek relaks dan pelumpuhan saraf-saraf seakan-akan gerakan mereka berubah menjadi slow motion. dion menghembuskan asap dari hidung dan mulutnya sangat pelan, sambil menikmati dan pelan-pelan merilekskan pikiran dan menyandarkan tubuh ke kursi malasnya. tiba-tiba samara teman satu kontrakannya muncul dan mengambil kaleng bir di lemari yang sama, kemudian duduk di samping dion.

"masih mampet boy?"

---
"iye.."

meneguk bir, "udah dikuras belom? pake metode baru aje diinjeksi melalui pompa darah", samara menyengir.

menoleh sedikit kesal, "beriisik lu, sana cabut".

"semua orang bisa berteori kok, tapi biasanya nonsense".

---
"elo sendiri sam yang bilang semua adalah pengulangan, lo mematikan gua".

"hff, kenapa harus mati, semua punya biija niyama nya masing-masing, kenapa harus optimis? kenapa tidak skeptis?"

---
"orasi lo pincang karena lo minim aksi karena alasan power".

mendengus geli,"hff, lo damai tapi anarkis dan radikal dalam pikiran lo yon".

"gua tindak tunduk seperti lo sam".

"kalo lo merasa semua ini tanggung jawab lo fine, pikul dan jadilah tikus kotor bertameng moral, hahaha, lo ingat konsep karma buat gua kan, ga sepicis yang di teks kan orang-orang di wikipedia, karma-pala tidak selalu hadir dengan kita menjadi korban, kadang bentuknya adalah kita sebagai pencetus korban yon".

"koreksi gua kalo salah, jadi lo dengan orok jenius lo akan acuh begitu saja di depan kehancuran?"

"gua akan diam dan berdiri paling depan, untuk melihat mereka hancur oleh diri mereka sendiri".

"lo ga membuat poin apapun disini".

"tapi lo sudah meretaskan poin lo sendiri" jawab samara sambil menunjuk tulisan dion yang sudah memenuhi kertasnya yang tadi kosong.

No comments: