Monday, September 22, 2008

Diantara Zombie

pagi itu tenang dan sunyi di rumah geisar, seorang anak muda berperawakan kurus dan tinggi. geisar muncul di atap rumahnya yang kecil berisikan gantungan baju-baju pria. dia memang tinggal sendiri disitu, ditandai dengan cucian-cucian celana dalam pria bertebaran disana.
atap itu berukuran setengah lapangan basket. ada kursi malas berwarna kuning gading diujung, disebelahnya ada meja setinggi lutut dengan botol-botol alkohol yang dialih fungsikan sebagai pot tanaman.

geisar suka sekali berjemur sambil minum kopi dan merokok di kursi malasnya, dan pagi ini matahari sedang menyengat-menyengatnya membuat mata sipit geisar dipaksa untuk segera menyesuaikan. namun justru momen-momen ini adalah momen favoritnya. dia menikmati meninggalkan kenyamanan temaram malamnya dan mendapat sengatan panas yang silau untuk segera menstimulasi otaknya kembali siaga.

ia menghisap rokoknya dalam-dalam sambil memandang rumah-rumah di sekitarnya dan dia berpikir, ah zombie-zombie, mewah dan pointless. dia memiliki petakan kontrakan yang paling mini diantara perumahan-perumahan itu. selain itu atap rumah berfungsi sebagai tempat menjemur juga paling kumuh dan tidak terawat dibanding rumah-rumah lainya. ia berjalan kedekat pot tanaman dan mengambil sebotol bir dan menenggaknya dan duduk di kursi malasnya membiarkan sinar matahari memandikan tubuh bervolume ototnya yang kurus. dia mengenakan kaca mata anti sinar matahari miliknya dan berdiam disana.



***

"sar",
"Sar.....",
"SAR!".

argh siapa sih ni menabuh kencang gendang telingaku. aduh mataku pelahan mengerjap dan tanganku menyingkirkan filter matahari dan sengatan itu masuk lagi. sesosok lelaki berbalik menjauhiku dan mendekati pinggiran balkon. aku menyesuaikan brightness dan contrast agar bisa melihat normal. aduhhhh tadi aku mau lari ke alam bawah sadar, lari menjadi alter egoku, lari ke kelebatan adegan action kumpulan nafsuku, lari dari kestatisan menuju dunia absurd, lari dari kenyataan, bocah ini malah menyadarkanku.

"ah.... ngepet lu cok", dengusku sambil menggeliat dikursi malasku meregangkan sendi yang kaku. "ngapain si, siang-siang?!"

"hehehehe, ngehe lo mang gabole, gua kan nomaden", sahutnya sambil nyengir dan mondar-mandir di hadapanku.
"gimana kabar geng kita, ada perkembangan?"

--

--

"ck, ngapain si lo pagi-pagi jangan ngajak ribut yang aneh-aneh deh."

"siapa, orang gua cuma nanya. mereka belum tumbang atau kena liver akut? atau anaknya aborsi atau jadi atheist?"

geisar berguling-guling di kursi malasnya menutupi wajahnya dengan kedua lenganya.

"atau mereka mencuci otaknya sendiri dengan ramuan dan cairan ala peradaban dan karya dan cita manusia, sungguh indah dan picik membuat diri sendiri menjadi kumpulan zombie "
"hah... gua ga abis pikir ngeliat selubungan budi dan akal yang lo endapi sekarang, sinar matahari pun harus tembus puluhan atmosfer biar lo bisa bernafas, hahaha, menggelikan lo"
coki melirik kaca mata hitam milik geisar yang diambil dan ia kenakan lagi bersiap kembali tidur.
"dan kalo gua ga salah liat, lo menambah tameng baru membuat lo menyaru."

"ini biar gua ga kena kanker, bukan alat pamer ", sahut geisar meradang.
dia terduduk dan menarik nafas dalam. kemudian geisar menyulut api rokoknya, membumihanguskan paru-parunya, stimulasi hisapan asap rokok meninabobokan denyut-denyut jantungnya, geisar menyender perlahan.
dia terdiam dan mengolah pidato coki saat dia berusaha tidur tadi dan dia menyahut.
"banyak yang kalah dan menyerah coki.", "gua ga mau gitu tapi gua minim opsi".

coki yang sedari tadi duduk di balkon dengan kaki bebas berayunan di udara terdiam menyisiri pemandangan rumah demi rumah mewah di hadapanya. "muak tapi menjadi bagian.","ketidakberdayaan lo bisa disalahartikan dengan munafik sar, mencintai dan membencinya pada saat yang sama, hehehe."

*

geisar termenung mendengar perkataan bocah culas ini, geisar menghisap rokoknya lagi dalam-dalam sambil menatap teriknya matahari.

"gua kabur tentang sketsa takdir cok, kepala gua penuh tapi beda dengan ilusi optik sehari-hari gua, ajak gua kedunia ide cok, seberangkan gua ke realitas noumena bukan fenomena". "gua lelah cok".

---

---

---

"belenggu itu cuma kekuatan pikiran sar, transformasi dunia ide dan bayangan goa cuma konsep. keluar dari pikiran lo sendiri dan lo akan tiba di dunia tanpa zombie".

2 comments:

Anonymous said...

menjadi zombie pun terkadang ga salah..krn zombie2 itu pun terkadang menjadi zombie krn tidak punya pilihan..
klo semua orang diberi kesempatan untuk bisa mengembangkan ide masing2..tentu dunia tidak akan bisa berkembang seperti sekarang..ga ada yg satu tujuan untuk memerdekakan diri dari penjajahan..dan masih banyak contoh lainnya..

Anonymous said...

menjadi zombie pun terkadang ga salah..krn zombie2 itu pun terkadang menjadi zombie krn tidak punya pilihan..
klo semua orang diberi kesempatan untuk bisa mengembangkan ide masing2..tentu dunia tidak akan bisa berkembang seperti sekarang..ga ada yg satu tujuan untuk memerdekakan diri dari penjajahan..dan masih banyak contoh lainnya..